Nonton TV

visit this site wwww.sinaragapepress.com

'BEYOND A REASONABLE DOUBT', Yang Tersembunyi di Balik Kedok


Pemain: Michael Douglas, Jesse Metcalfe, Amber Tamblyn

Mark Hunter (Michael Douglas) adalah seorang jaksa terkenal yang punya catatan selalu berhasil mengirim para penjahat ke balik jeruji besi. Kini Hunter punya ambisi baru. Ia bermaksud mencalonkan diri menjadi gubernur. Dan Hunter tak akan ragu menggunakan segala cara untuk mewujudkan impiannya ini.

Hunter yakin bahwa ia akan berhasil menduduki kursi gubernur sampai seorang jurnalis muda bernama C.J. Nichols (Jesse Metcalfe) mulai mengorek masa lalu Hunter. C.J mengetahui bahwa Hunter sempat memanipulasi barang bukti untuk memuluskan kasus yang ia tangani. Kini jalan menuju kantor gubernur tak lagi semulus sebelumnya.

C.J kemudian membuat skenario agar ia terlihat seolah-olah seperti tertuduh kasus pembunuhan yang baru saja terjadi dengan harapan bisa menangkap basah Hunter. Celakanya ia kemudian terlibat hubungan asmara dengan Ella Crystal (Amber Tamblyn), asisten Hunter. Kini yang dipertaruhkan jadi semakin besar. Tak hanya C.J saja yang dalam keadaan terancam karena Hunter tak akan ragu menghilangkan siapa saja termasuk Ella agar rencananya berjalan lancar. (kpl/roc)

'NIGHT AT THE MUSEUM: BATTLE OF THE SMITHSONIAN', Pertempuran di Dalam Museum


Pemain: Ben Stiller, Amy Adams, Owen Wilson, Hank Azaria, Christopher Guest, Alain Chabat, Robin Williams
Sejak hasil temuannya dipatenkan, Larry Daley (Ben Stiller) berhasil mendapat banyak uang dan memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai penjaga museum. Namun ketika American Museum of Natural History direnovasi dan seluruh isi museum ini dipindahkan ke Smithsonian Institution di Washington Larry tak punya pilihan lain selain menyusul ke Washington.

NIGHT AT THE MUSEUM: BATTLE OF THE SMITHSONIAN

Larry khawatir kalau 'kejadian buruk' yang sempat menimpanya sebelum berhenti menjadi petugas keamanan akan terulang lagi dan sepertinya kekhawatiran Larry ini beralasan. Seperti kasus yang terjadi sebelumnya, Larry kembali harus berurusan dengan benda-benda museum yang tiba-tiba bangkit dan mengacaukan seluruh isi museum. Kali ini yang jadi penyebab masalah adalah Ahkmenrah (Rami Malek), firaun jahat yang bermaksud membangkitkan seluruh isi museum.

Terpaksa Larry harus berhadapan dengan seluruh tokoh sejarah yang peninggalannya tersimpan di dalam Smithsonian. Ini bukanlah pekerjaan mudah karena Smithsonian memiliki koleksi 136 juta barang dari masa lalu. Bayangkan betapa kacaunya ketika Amelia Earhart, Al Capone, Theodore Roosevelt, Napoleon Bonaparte, Albert Einstein, Charles Darwin hingga Attila the Hun semuanya bangkit dari kubur.

NIGHT AT THE MUSEUM: BATTLE OF THE SMITHSONIAN

Menonton film ini tak ubahnya seperti mengenang kembali kisah yang sudah lewat. Tak banyak yang berubah pada film ini jika dibandingkan dengan NIGHT AT THE MUSEUM yang dilepas sekitar dua tahun lalu. Malahan film ini lebih tepat dibilang reboot ketimbang sebuah sekuel. Yang ada cuma kejadian yang sama dan tokoh yang sama dengan lokasi yang baru.

Ada kesan seolah sutradara dan penulis naskah tak puas dengan film yang pertama dan ingin membuatnya lebih 'kolosal'. Dan kalau memang ini yang dimaksud, pemilihan Smithsonian sebagai lokasi jelas tak salah. Museum Smithsonian hampir dua puluh kali lebih besar dari Natural History Museum (lokasi film pertama) dan ini memberikan ruang untuk lebih kreatif.

NIGHT AT THE MUSEUM: BATTLE OF THE SMITHSONIAN

Selain Ben Stiller, sebagian besar karakter dari film pertama juga ikut kembali bermain dalam film ini dan itu makin menguatkan asumsi bahwa film ini adalah reboot. Beberapa karakter baru pun dimunculkan untuk mengisi 'ruang' yang lebih besar ini dan hasilnya adalah 'kekacauan' yang lebih besar dari film pertama.

Perbedaan lain yang tak terlalu menyolok mungkin adalah nada komedi yang mulai bergeser ke arah 'lebih dewasa'. Sayang, karena film ini sebenarnya lebih punya potensi sebagai film komedi untuk keluarga seperti film yang pertama. Tapi secara keseluruhan, film ini terasa lebih bagus dari film pertamanya. Ide 'mengajak orang kembali menengok sejarah' memang patut diacungi jempol (satu lagi alasan untuk menyebut film ini sebagai reboot).(kpl/roc)

'OVER HER DEAD BODY', Cinta Abadi Dibawa Mati


Pemain: Eva Longoria Parker, Paul Rudd, Lake Bell, Jason Biggs, Lindsay Sloane

Sepasang kekasih, Katherine Spencer (Eva Longoria) dan Dr. Henry Mills (Paul Rudd), yang telah lama menjalin hubungan asmara bermaksud segera menikah agar mereka berdua bisa berdua selamanya sampai maut memisahkan mereka. Malangnya, maut memang datang tepat di hari pernikahan mereka.

Karena sebuah kecelakaan, Katherine tertimpa patung es yang seharusnya menjadi hiasan di hari pernikahannya. Jiwa Katherine tak bisa diselamatkan dan kecelakaan fatal ini membuat Henry patah hati dan sulit menerima kejadian itu. Setahun berlalu, Chloe Mills (Lindsay Sloane), adik Henry, menyarankan agar Henry menemui seorang cenayang agar bisa berhubungan dengan arwah Katherine.

Chloe yakin bahwa, di alam sana, Katherine pasti menginginkan Henry bahagia bersama wanita lain. Henry yang awalnya keberatan, akhirnya setuju dengan maksud untuk menyenangkan adiknya. Namun saat bertemu Ashley Clark (Lake Bell), si cenayang, Henry dan Ashley justru malah saling jatuh cinta.

Sepertinya masalah telah terselesaikan dan Henry dapat kembali melanjutkan hidupnya yang selama ini 'tertunda' semenjak meninggalnya Katherine. Memang, semuanya berjalan lancar, sampai hantu Katherine merasa cemburu dan selalu meneror Ashley dengan maksud memisahkan wanita dengan kekuatan supranatural ini dari Henry, cintanya sehidup semati.

Mengusung tema klasik memang cukup aman karena tak membuat kening penonton jadi berkerut lantaran ide yang kadang kontroversial. Tapi di sisi lain, mengusung tema lama juga punya tingkat kesulitan tersendiri karena kalau tak disajikan dengan hati-hati maka alur malah jadi terjebak pada sesuatu yang klise. Sepertinya itulah masalah utama yang dihadapi oleh Jeff Lowel yang menjadi sutradara dari film OVER HER DEAD BODY ini.

Ide cerita film ini bukanlah ide fresh. Banyak film yang sudah mengusung tema serupa termasuk GHOST yang dibintangi Demi Moore di tahun 90-an. Seandainya ide itu disajikan dengan 'bumbu' yang pas, bisa jadi masih cukup menarik untuk ditonton. Tapi di sini, sang sutradara malah terjebak pada alur yang gampang ditebak dan humor 'kasar' yang sudah terasa basi. Jadinya, film yang seharusnya jadi sebuah komedi romantis ini malah terasa membosankan.

Akting para pemainnya pun tak cukup kuat untuk menghidupkan para tokoh dalam kisah ini. Chemisty antara Eva Longoria Parker, Lake Bell dan Paul Rudd juga tak cukup kuat untuk membuat film ini jadi believable. (kpl/roc)

'CRANK: HIGH VOLTAGE', Bertahan Hidup Dengan Tenaga Baterai


Pemain: Jason Statham, Amy Smart
Oleh: Fatchur Rochim

Bila sebelumnya Chev Chelios (Jason Statham) harus memacu adrenalinnya untuk bisa tetap hidup, kali ini ia menghadapi kasus yang serupa meski kali ini ia akan membutuhkan banyak sumber daya listrik untuk membuatnya tetap hidup. Chev harus bertahan hidup dan mencari jantungnya yang telah ditukar oleh mafia Hong Kong.

Saat terjatuh dari helikopter dan tak sadarkan diri, para mafia kemudian mengangkut tubuh Chev dan membawanya ke meja operasi. Mereka bermaksud mengambil jantung Chev yang kini telah menjadi sangat kuat akibat adrenalin yang terus berpacu. Para mafia ini bermaksud menggunakan jantung Chev untuk menggantikan jantung bos mereka yang mengalami gagal jantung. Selanjutnya seluruh organ tubuh Chev akan diambil untuk diperdagangkan di pasar gelap

Saat terbangun, Chev mendapati jantungnya telah diganti dengan jantung buatan yang hidup dari sebuah baterai yang diletakkan di luar tubuhnya. Baterai ini tidak dirancang untuk bertahan cukup lama karena peralatan ini biasanya hanya untuk menjaga denyut jantung pasien selama transplantasi jantung. Kini Chev hanya punya satu pilihan saja. Ia harus tetap bertahan hidup dengan jantung buatan yang ada dalam dirinya selama ia memburu para mafia yang telah mencuri jantungnya ini dan selama perjalanan Chev tak boleh lupa mengisi ulang baterai yang ada di pinggangnya, atau jantungnya akan berhenti berfungsi saat itu juga.
Ada satu fakta menarik dari film berjudul CRANK: HIGH VOLTAGE ini. Sang sutradara tahu benar bahwa film ini adalah junk dan karenanya ia tak berusaha membuat film ini seolah-olah film berkualitas Oscar. Fakta itu membuat film ini jadi menarik buat ditonton, tentu saja selama Anda tak merasa terganggu dengan absurdity yang memenuhi film ini dari detik awal hingga jajaran nama dalam cast & credit bergulir.

Film ini tak punya plot atau alur cerita. Yang ada hanyalah serangkaian tindakan kekerasan yang dirangkai untuk memenuhi kuota durasi film berdasarkan ide dasar yang mungkin tak lebih dari satu kalimat. Satu-satunya cara menikmati film ini hanyalah dengan melupakan logika dan menonton film ini apa adanya, selama Anda tak keberatan dengan sederet tindakan kekerasan yang sama sekali tak berdasar.

Soal akting, Jason Statham memang terlihat 'pas' memerankan seorang pembunuh bayaran yang punya masalah dengan emosi. Yang sedikit bermasalah mungkin adalah trik pengambilan gambar yang bergerak cepat dan selalu 'ingin' menangkap objek secara close up malah membuat adegan dalam film ini jadi sedikit susah diikuti. Di akhir film, kesimpulannya hanya satu: film ini benar-benar junk. Jadi bila Anda bermaksud menonton film ini, jangan lupa meninggalkan segala akal sehat sebelum anda masuk gedung bioskop. (kpl/roc)

'THE SNIPER', Balas Dendam Orang Yang Terlupakan


Pemain: Richie Ren, Edison Chen, Huang Xiaoming

Selama mendekam di penjara, Ching (Huang Xiaoming) tak pernah lupa pada kejadian yang membuatnya harus meringkuk di balik jeruji besi. Kian hari rasa benci itu tumbuh menjadi dendam yang harus terlampiaskan. Ketika hari pembebasan tiba, hanya satu hal yang ada di benak Ching - melampiaskan dendam lamanya.

Sebelum masuk penjara, Ching adalah seorang marksman yang menjadi pendamping sniper bernama Ming (Richie Ren). Karen satu kesalahan, Ching akhirnya mengakibatkan salah seorang sandera terbunuh. Meski pengadilan memutuskan bahwa kejadian itu adalah sepenuhnya kesalahan Ching, namun ia tetap menganggap bahwa Ming dan seluruh polisi adalah penyebab kejatuhannya.

Suatu ketika, Ming bertemu seorang polisi muda bernama O (Edison Chen) yang menurutnya memiliki bakat. Ming pun lantas merekrut O untuk menjadi partnernya. Di saat yang bersamaan, Ching yang telah bebas dari penjara sedang merencanakan pembalasan terhadap Ming dan seluruh petugas polisi yang ia anggap bersalah dan menghancurkan hidupnya. (kpl/roc)

'ICHI', Gadis Buta Titisan Pendekar Sakti

Pemain: Haruka Ayase, Shido Nakamura, Yôsuke Kubozuka, Takao Osawa, Kazuma Chiba, Yûko Endô

Kedatangan seorang wanita cantik membawa shamisen (gitar berdawai tiga) ke sebuah kota kecil jelas menarik perhatian banyak orang di kota yang tenang itu. Tak perlu waktu lama untuk mengetahui bahwa gadis cantik tadi buta dan segera saja fakta itu dimanfaatkan tiga orang berandal yang bermaksud berbuat jahat.

Sialnya, gadis buta bernama Ichi (Haruka Ayase) ini bukanlah gadis sembarangan. Dalam waktu singkat ketiga pemuda tadi dibuat kewalahan oleh permainan pedang Ichi. Sejak kecil Ichi yang hidup sebatang kara memang selalu didatangi pria buta misterius yang mengajarkannya ilmu pedang satu tangan. Dan ketika pria misterius ini tak lagi datang, Ichi bertekad mencari pria yang ia anggap ayahnya itu.

Konon, hilangnya pria misterius yang sebenarnya adalah Zatoichi ini ada sangkut pautnya dengan Banki (Shido Nakamura) dan gerombolannya yang berkuasa di daerah itu. Kini Ichi dan sahabat barunya, Toma Fujihira (Takao Osawa), harus bersiap bertarung dengan gerombolan Banki. Pertarungan ini tak akan mudah buat Ichi karena tiba-tiba saja muncul pria bernama Toraji Shirakawa (Yôsuke Kubozuka), seorang anggota Yakuza, yang juga bermaksud menghalangi Ichi.

Seperti bisa diduga dari judulnya, film ini adalah spin off dari kisah klasik Zatoichi. Walau tidak secara tegas ditunjukkan, namun tersirat bahwa pria tua yang melatih Ichi bermain pedang adalah pendekar legendaris itu. Kisahnya pun masih tak jauh dari standar kisah pendekar pedang Jepang walau ada nuansa lain yang coba ditawarkan sang sutradara lewat film ini.

Bila biasanya Zatoichi digambarkan sebagai pendekar buta yang selalu gembira dan menghabiskan waktunya bersenang-senang, Ichi ini digambarkan lebih kelam. Nuansa sedih terlihat dari rona wajah Haruka Ayase, yang memerankan tokoh Ichi. Ini cukup unik karena tak biasanya spin off Zatoichi membawa nuansa yang suram. Memang sedikit menyimpang tapi justru di situlah nilai lebihnya.

Fumihiko Sori, sang sutradara, juga makin menguatkan kesan sedih dan kesepian ini dengan beberapa kali mengambil gambar landscape yang diselimuti salju. Dan yang lebih menarik lagi, adegan pertarungan pedang digambarkan sangat singkat namun ditata dengan apik sehingga membuat suguhan visual ini jadi terasa nyata sekaligus dramatis. Buat yang sedang bosan dengan film-film Barat atau Indonesia, ICHI ini layak dijadikan pertimbangan. (kpl/roc)

'KNOWING', Ramalan Dari Masa Depan


KapanLagi.com - Pemain: Nicolas Cage, Rose Byrne

Sebuah penggalian yang dilakukan di sebuah sekolah menemukan barang-barang dari masa lalu yang memang sengaja dikubur untuk ditemukan orang-orang di masa yang akan datang. Salah satu dari hasil temuan itu adalah deretan angka yang dibuat oleh seorang anak lima puluh tahun yang silam. Semula deretan angka itu terlihat seperti deretan angka acak namun ternyata di balik deretan angka itu tersimpan sebuah misteri.

Caleb Koestler (Chandler Canterbury), putra John Koestler (Nicolas Cage) membawa temuan itu dan menunjukkan pada ayahnya yang memang adalah seorang ahli astrofisika. Setelah meneliti deretan angka tersebut, John menyadari ada sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh si penulis dan ternyata di dalam deretan angka itu juga tersimpan sebuah fakta yang menakutkan.

Dalam deretan angka itu tersimpan beberapa catatan kejadian selama lima puluh tahun terakhir. Artinya, saat deretan angka itu ditulis, sang penulis tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Meski semula tak percaya, namun John akhirnya mau tak mau merasa khawatir bahwa ramalan yang tertulis dalam deretan angka itu memang akan benar-benar terjadi. Dan yang paling menakutkan adalah ramalan yang menyebutkan bahwa tak lama lagi ras manusia akan punah.

Kini John punya dua pilihan: membiarkan itu semua terjadi secara wajar atau berusaha untuk menentang takdir dan menyelamatkan seluruh umat manusia dari kepunahan seperti yang digambarkan dalam ramalan dari masa lalu itu. Masalahnya, adakah orang yang percaya pada kata-kata John atau John harus menjalankan misi mulia ini seorang diri.

Ide akhir dunia memang tergolong ide klasik. Bila Anda sempat melihat ARMAGEDDON yang dibintangi Bruce Willis di tahun 1998 lalu, kurang lebih ide itu juga yang coba diangkat lewat film ini. Bedanya mungkin adalah adanya pembauran antara pendekatan ilmu pengetahuan dan pendekatan agama yang disatukan dalam film berdurasi 121 menit ini. Mungkin Alex Proyas, sang sutradara, mencoba merangkul kaum agamis untuk bisa menikmati film ini dari sisi pandang mereka juga.

Sebenarnya ide Alex ini tak salah. Sayangnya dalam penuangannya jadi terasa sedikit mengganjal. Alex mencoba play safe dengan tidak berusaha menyebut agama secara terang-terangan tapi tetap saja penonton akan terbawa ke konotasi yang satu ini karena Alex memasukkan beberapa clue yang mengarah ke sana.

Soal special effect, sebenarnya tak ada yang baru tapi Alex menggunakannya dengan cara yang cukup efektif sehingga tak berkesan basi sementara dari soal akting, agaknya tak terlalu ada masalah yang cukup parah. Satu yang patut disayangkan justru adalah Nicolas Cage yang belakangan jadi sering terjebak bermain dalam film-film yang malah merusak image yang ia bangun sejak ia bermain dalam VAMPIRE'S KISS. (kpl/roc) Lihat trailer nya ada di samping blog gw.selamat menikmati